Thanks for visiting :)

Selasa, 20 Oktober 2015

Gimana nanti atau nanti gimana?

Penting gak sih ngatur keuangan dari sekarang, kenapa gak nikmatin aja dulu apa yang ada sekarang, nanti nanti sih urusan belakangan, toh rezeki pasti ada aja kok? 

Kalau kamu, tipe yang mana?

Saya dulu adalah tipe yang gimana nanti ajalah, gaji satu bulan yaa dihabiskan untuk bulan itu, ga ada tabungan! Sampai mau nikah, baru deh kalang kabut karena ga punya simpenan yang mumpuni buat bisa bantu orang tua biayain pernikahan. *self toyor*

Oke, balik lagi ke topik. Saya sempet baca buku bagus dari Aditya Mulya judulnya Sabtu Pagi Bersama Bapak. Buku yang isinya nyeritain wejangan - wejangan alm, bapaknya untuk mengarungi bahtera rumah tangga *ah tsedap!. Buku ini bagus. BANGET! Kadang nyentil saya di sana sini karena beneran gak well prepared banget, salah satunya soal ngurusin keuangan. Emang sih dulu gaji saya kayaknya emang cukup buat hidup aja di Jakarta, tapi kalo liat banyak yang gajinya lebih kecil dan bisa nabung, kok saya jadi mikir kalo yang salah yaa saya, hehehe.

Sekarang, setelah menikah dan punya anak, saya dan suami sepakat untuk WAJIB membagikan penghasilan kami ke banyak pos - pos bulanan. Biasanya kami membaginya di amplop, untuk belanja bulanan, belanja harian, bayar listrik, internet dan TV kabel, sedekah, kasih ibu mertua (maklum masih nebeng di pondok mertua indah) dan ada standar minimal tiap bulan yang harus kita sisihkan untuk ditabung. 

Kenapa sih sama si tabungan kok kayaknya saya peduli sekali? Iya, soalnya saya harus terus ingetin diri saya sendiri untuk nabung, karena saya dan suami jujur saja blank soal urusan investasi. Jadi, satu satunya cara untuk menyimpan uang untuk keperluan masa depan atau keperluan tak terduga yaa cuma nabung. Mau investasi, pake reksadana? Kalo yang konservatif keuntungannya ga seberapa, mau yang menjanjikan harus pake cara agresif di reksadana saham yang kami berdua ga ngerti walo nanti ada MI yang bisa mengurusi, tapi rasanya kalau kami berdua ga punya basic knowledgenya pun ga berani ah. Hahaha. Mau sisihkan uang untuk asuransi, duh ini sih saya udah khatam ribetnya klaim dan tetek bengek lainnya (beberapa temen pun menyarankan untuk ga usah ikut asuransi). Ada lagi yang rekomendasikan untuk investasi di emas, nah kalo yang ini, kita pertimbangkan sih, selain karena bisa dipakai, juga bisa untuk keperluan dana darurat, karena cepat bisa dikonversikan lagi jadi uangnya gapake proses klaim dll.

Anywaaayyy, seberapa penting tabungan setelah menikah? 

Saya yakin sekali, banyak orang yang sudah mapan dan tidak perlu lagi memikirkan urusan nabung, karena perputaran uang dan kondisi finansialnya sudah sangat stabil. Tapi buat saya, yang dibesarkan oleh orang tua yang rata - rata, tidak berlebih dan tidak kurang, menjadi wajib untuk mikir tentang masa depan, terutama masa depan anak - anak saya nantinya. Inflasi yang pasti ga terbendung bikin saya dan suami suka mikir untuk gimana caranya buat ngimbangin si inflasi ini pas anak anak kuliah. Ah tapi gak usah sejauh itu, semisal sekarang baru 2,5 tahun menikah, pasti kepingin sekali punya aset sendiri, bukan pemberian orang tua, seperti rumah, kendaraan, alat elektronik/ furniture rumah, itu hanya bisa dibeli kalau kita punya kasnya dong. Atau pengen liburan keluarga rutin tiap tahun? Bisa dong kalau ada kasnya juga. Contoh lain, seperti kondisi tidak terduga kayak yang saya alami, Rasyid, anak pertama kami, ternyata punya hipospadi (atau kalau istilah orang jaman dulu, udah disunat dari lahir, padahal itu adalah saluran kencing berada di atas atau di bawah yang seharusnya), selama ini tidak ada masalah dengan hipospadinya, hanya dokter merekomendasikan untuk dioperasi karena khawatir akan mudah infeksi. Jadi, sebagai orang tua, kami pasti akan memberikan yang terbaik untuk anak. Dan operasi di bagian kelamin tentu tidak murah. Dan Alhamdulillah karena setidaknya ada tabungan, biaya untuk operasi tidak perlu dikhawatirkan, walopun setelahnya harus ngulang nabung lagi karena akan langsung abis, hahahaha, sekarang sih tinggal siapin mental aja kapan mau bawa anaknya ke RS :D

Yaaa gitu deh, saya menulis ini untuk reminder buat diri saya kalau ada prioritas yang harus saya dan suami capai sesuai buku target kami. Dan kadang kala, saya sering sekali gak hirau kalau target kami masih jauh tapi suka susah banget buat "maksain" diri sendiri nabung. 

Jadi, ditantang suami buat nabung lebih banyak tiap bulan?

Challenge Accepted! *pasang sabuk*







Tidak ada komentar:

Posting Komentar