Thanks for visiting :)

Senin, 28 Desember 2015

Kecilnya momoi sama popoi

Kemaren mama mertua tiba tiba dateng bawa se-tas foto foto jadul. Trus liatin foto kecilnya suami :D

Kalau diliat - liat si suami dari kecil mukanya gak berubah, kalau saya liat muka saya pas kecil juga agak mirip. Tapi kalau si Rasyid, dari mulai dia lahir sampe sekarang mukanya berubah ubah terus, bedaaaa banget dari kecilnya sampe sekarang. Hahaha

Kalau liat foto foto kecil gini jadi kangen kecil lagi deh, alhamdulillah punya masa kecil yang menyenangkan.

Gimana dengan kamu? Masa kecilmu seru juga gak? ;)













Minggu, 13 Desember 2015

Ibu yang baik atau bukan?

"Anaknya udah bisa apa? Kalau si ini mah udah bisa ini ini ini "

"Sejak kapan bisa jalan? Ngomongnya udah lancar juga belum?"

"Ih anaknya diem yaa, coba kalau anak gw mah bla bla bla bla"

"Giginya udah berapa? Ohh, kalo si ini mah udah segini loh. bla bla bla"

"Masih ASI? Ih hebat, si ini mah bla bla bla"


Halo bu ibuuu, sering banget ketemu pertanyaan - pertanyaan default kayak tadi? Oh kalau saya, udah khatam sekali. Dan udah sejak lama kepingin nulis tentang ini tapi males, gak sempet melulu.

Anyway, Rasyid anak saya udah 1 tahun 5 bulan. Lagi alhamdulillah bikin pinggang pegel dan mata gak boleh meleng sedikit, langsung suka ajaib kelakuannya. Buat saya perkembangannya suka gak terduga, dan bikin saya cuma diam - diam senyum dalam hati ngeliat tingkahnya tiap hari (yaaa, walopun kalo lagi gak mood suka emosi juga, hahaha)

Saya ini bukan ibu yang baik. Iyaa saya sadar kok, saya gak sempurna jadi ibu, saya bukan ibu yang sangat selektif soal pengaturan makanan Rasyid karena saya gak kasih pantangan apa apa soal apa yang mau dimakan, kecuali mecin, gak boleh banyak, hahahhaa (itu doang pantangannya :D), bukan ibu yang punya nomor HP dokter spesialis anak, yang kalau ada apa apa selalu telepon dokter karena kalau sakit, random aja sih ada dokter yang mana yang avalaible yaudah cuss aja, bukan ibu yang musuhan sama HP kalau main sama Rasyid karena saya masih bisa update path atau instagram dan post foto dia, hahaha, bukan juga ibu yang bangga banggain dan nunjukin kebisaan Rasyid didepan siapapun kecuali orang itu yang lihat sendiri, saya ini ah, sudahlah, kalau dibandingkan dengan ibu lain saya ini list paling bawah deh.

Tapi, apa pun yang saya lakukan untuk Rasyid, semua saya lakukan dengan cara saya sendiri, cara yang saya nyaman menjalankannya. 

Saya memang bukan ibu yang sempurna, tapi sayalah orang yang paling tahu apa yang terbaik buat anak saya. Sayalah yang paling tahu kalau ada yang aneh sama anak saya. Sayalah yang paling tahu apa yang ingin dan harus saya lakukan sama anak saya. Bukan orang lain.

Jadi, buat ibu - ibu muda di luaran sana, gak usahlah dengerin orang - orang yang hobby-nya jadi hakim buat menilai ini ibu yang baik, ini ibu yang kurang baik. Karena selama predikat ibu melekat, segala hal yang kita lakukan buat anak kita, pasti berasal dari insting yang entahlah didapat darimana tapi rasanya selalu benar.





Jumat, 04 Desember 2015

Homesick

Waktu kuliah, pulang ke rumah bisa setiap weekend, setelah kerja, pulang ke rumah berubah jadi 2 minggu sekali, lalu setelah menikah, berubah lagi jadi satu bulan sekali.

Saya ini anak mama sekali, keterikatan saya ke mama itu di level paling juara deh butuhnya, segala hal diceritain (ah bahkan gak cerita aja si mama mah selalu tahu semuanya, haha), jadi homesick udah jadi hal yang sering banget dirasain.

Jauh dari mama, tinggal bersama keluarga suami yang notabene adalah orang - orang baru dalam hidup saya itu very very challenging, tapi namanya pengalaman hidup, yuk lah kita jalani dengan senang hati, walaupun kadang saya cuma pengen pulang. Pulang ke rumah, pulang ke mama.



Senin, 02 November 2015

Tentang Hujan?

Kamu pilih mana? Musim hujan atau panas?

Hujan itu punya daya magis tersendiri, syahdu!

Ada masa dimana hujan selalu membawa saya pada perasaan rindu, mengobrak abrik kenangan yang sanggup memberikan senyum kecil, memberikan suasana yang bukan hanya menyenangkan tapi apa yaa namanya? Bahkan saya gak bisa ngasih kata yang sepadan untuk menggambarkan betapa nikmatnya moment menikmati hujan.

Mendung, gerimis, lalu hujan, itu adalah kombinasi sempurna jika bersanding dengan senja, segelas coklat hangat dan buku kesukaan. *saya rindu, rinduuu sekali melakukan ini saat hujan*

Gak tahu udah seberapa lama saya gak ketemu hujan, tapi saya gak pernah sekangen ini sama hujan.



Kamis, 22 Oktober 2015

"Pit, tahu alodita gak?"
"Iya, aku suka baca blognya"
"Iya gak nyangka yaa, dibalik "keliatannya" sempurna, tapi ternyata divonis gak bisa hamil secara natural"
"Iya, kasian, padahal banyak banget orang lain yang nunda punya anak bahkan buang buang anak"
"Yaa gabisa gitu juga dong pit, gak boleh menghakimi orang kayak gitu"

JLEB!

Obrolan ini terjadi lebih dari setengah tahun lalu, waktu saya masih kerja ke kantor tiap hari, ngobrol sama temen kerja tentang blogger cantik Alodita, waktu itu kalau tidak salah, dia baru share soal perjuangannya jadi IVT survivor di IG. Iya, obrolan yang bikin saya ketampar karena saya sering sekali secara tidak sadar menghakimi orang, yang bahkan saya tidak tahu kondisi sebenarnya seperti apa. Hanya sebatas lihat luarannya saja. Saat itu saya langsung mikir "iyaa yaa, toh orang yang menunda kehamilan atau yang "buang" anak pun, mungkin punya alasan kuat yang tidak saya tahu dan pahami, tapi bukan berarti saya berhak menghakimi bahwa mereka jahat atau embel embel lainnya. Saya toh bukan Tuhan yang bisa menentukan pahala dan dosa manusia juga.

Pagi ini, di salah satu postingan path teman kuliah saya, ada video seorang istri yang "curhat" tentang kondisi poligami yang dia alami. Saya sebenarnya lihat video tersebut sambil lalu saja, karena sebelumnya saya sudah lihat di newsfeed facebook, jadi saya anggap itu video viral biasa aja, cuma issuenya aja poligami. Then, selang beberapa jam sahabat saya chat menanyakan tentang sudah tahu belum tentang video tsb, dan dia mengirimkan link instagram yang terlibat di issue tersebut. Dua duanya perempuan cantik dan masih muda, gemas sekali melihatnya. Lalu, saya agak reaktif pas tahu suaminya kayak gimana, zzzz. Lalu kemudian saya terhempas ke obrolan yang dulu tentang jangan menghakimi orang. Sahabat saya pun bilang "pengen sih share di path tapi issuenya sangat sensitif". Iyaa poligami, ah itu sensitif sekali, menyangkut perasaan dan ilmu yang tidak saya kuasai. Terlebih kami berdua tidak tahu asal muasal alasan dibalik tindakan yang melakukan poligami itu :D

Tapi apapun issue-nya, saya rasanya happy sekali mengenal banyak orang - orang baik yang selalu mengingatkan saya pada hal baik juga. Mengingatkan saya untuk membuka mata lebih lebar, melihat tidak hanya dari sudut pandang orang kebanyakan tapi melihat celah sudut kecil yang tidak terlihat orang.

Yuk ah, sama sama belajar lebih positif dan tidak lagi jadi orang yang bisa menghamiki orang lain.

Anyway, selamat siang!




Selasa, 20 Oktober 2015

Gimana nanti atau nanti gimana?

Penting gak sih ngatur keuangan dari sekarang, kenapa gak nikmatin aja dulu apa yang ada sekarang, nanti nanti sih urusan belakangan, toh rezeki pasti ada aja kok? 

Kalau kamu, tipe yang mana?

Saya dulu adalah tipe yang gimana nanti ajalah, gaji satu bulan yaa dihabiskan untuk bulan itu, ga ada tabungan! Sampai mau nikah, baru deh kalang kabut karena ga punya simpenan yang mumpuni buat bisa bantu orang tua biayain pernikahan. *self toyor*

Oke, balik lagi ke topik. Saya sempet baca buku bagus dari Aditya Mulya judulnya Sabtu Pagi Bersama Bapak. Buku yang isinya nyeritain wejangan - wejangan alm, bapaknya untuk mengarungi bahtera rumah tangga *ah tsedap!. Buku ini bagus. BANGET! Kadang nyentil saya di sana sini karena beneran gak well prepared banget, salah satunya soal ngurusin keuangan. Emang sih dulu gaji saya kayaknya emang cukup buat hidup aja di Jakarta, tapi kalo liat banyak yang gajinya lebih kecil dan bisa nabung, kok saya jadi mikir kalo yang salah yaa saya, hehehe.

Sekarang, setelah menikah dan punya anak, saya dan suami sepakat untuk WAJIB membagikan penghasilan kami ke banyak pos - pos bulanan. Biasanya kami membaginya di amplop, untuk belanja bulanan, belanja harian, bayar listrik, internet dan TV kabel, sedekah, kasih ibu mertua (maklum masih nebeng di pondok mertua indah) dan ada standar minimal tiap bulan yang harus kita sisihkan untuk ditabung. 

Kenapa sih sama si tabungan kok kayaknya saya peduli sekali? Iya, soalnya saya harus terus ingetin diri saya sendiri untuk nabung, karena saya dan suami jujur saja blank soal urusan investasi. Jadi, satu satunya cara untuk menyimpan uang untuk keperluan masa depan atau keperluan tak terduga yaa cuma nabung. Mau investasi, pake reksadana? Kalo yang konservatif keuntungannya ga seberapa, mau yang menjanjikan harus pake cara agresif di reksadana saham yang kami berdua ga ngerti walo nanti ada MI yang bisa mengurusi, tapi rasanya kalau kami berdua ga punya basic knowledgenya pun ga berani ah. Hahaha. Mau sisihkan uang untuk asuransi, duh ini sih saya udah khatam ribetnya klaim dan tetek bengek lainnya (beberapa temen pun menyarankan untuk ga usah ikut asuransi). Ada lagi yang rekomendasikan untuk investasi di emas, nah kalo yang ini, kita pertimbangkan sih, selain karena bisa dipakai, juga bisa untuk keperluan dana darurat, karena cepat bisa dikonversikan lagi jadi uangnya gapake proses klaim dll.

Anywaaayyy, seberapa penting tabungan setelah menikah? 

Saya yakin sekali, banyak orang yang sudah mapan dan tidak perlu lagi memikirkan urusan nabung, karena perputaran uang dan kondisi finansialnya sudah sangat stabil. Tapi buat saya, yang dibesarkan oleh orang tua yang rata - rata, tidak berlebih dan tidak kurang, menjadi wajib untuk mikir tentang masa depan, terutama masa depan anak - anak saya nantinya. Inflasi yang pasti ga terbendung bikin saya dan suami suka mikir untuk gimana caranya buat ngimbangin si inflasi ini pas anak anak kuliah. Ah tapi gak usah sejauh itu, semisal sekarang baru 2,5 tahun menikah, pasti kepingin sekali punya aset sendiri, bukan pemberian orang tua, seperti rumah, kendaraan, alat elektronik/ furniture rumah, itu hanya bisa dibeli kalau kita punya kasnya dong. Atau pengen liburan keluarga rutin tiap tahun? Bisa dong kalau ada kasnya juga. Contoh lain, seperti kondisi tidak terduga kayak yang saya alami, Rasyid, anak pertama kami, ternyata punya hipospadi (atau kalau istilah orang jaman dulu, udah disunat dari lahir, padahal itu adalah saluran kencing berada di atas atau di bawah yang seharusnya), selama ini tidak ada masalah dengan hipospadinya, hanya dokter merekomendasikan untuk dioperasi karena khawatir akan mudah infeksi. Jadi, sebagai orang tua, kami pasti akan memberikan yang terbaik untuk anak. Dan operasi di bagian kelamin tentu tidak murah. Dan Alhamdulillah karena setidaknya ada tabungan, biaya untuk operasi tidak perlu dikhawatirkan, walopun setelahnya harus ngulang nabung lagi karena akan langsung abis, hahahaha, sekarang sih tinggal siapin mental aja kapan mau bawa anaknya ke RS :D

Yaaa gitu deh, saya menulis ini untuk reminder buat diri saya kalau ada prioritas yang harus saya dan suami capai sesuai buku target kami. Dan kadang kala, saya sering sekali gak hirau kalau target kami masih jauh tapi suka susah banget buat "maksain" diri sendiri nabung. 

Jadi, ditantang suami buat nabung lebih banyak tiap bulan?

Challenge Accepted! *pasang sabuk*







Jumat, 07 Agustus 2015

Setelah berjuta - juta abad!

Setelah entahlah berapa taun yang lalu ketemu barengan bertiga gini, akhirnya bulan puasa kemarin, kita ketemu juga.

Temen kosan, temen begadang, temen tidur bareng berbulan bulan karena issue hantu di kosan, temen hina hinaan, temen nyari makan, temen jalan - jalan, temen seperjuangan di kampung Jatinangor sana. 

Ketemu after yearsss, dan banyak hal berubah dari hidup kami. Saya sudah berkeluarga, mereka menjalani hidup masing - masing dan yang paling bikin iri adalah kebiasaan mereka travelling. Ah aku sebal tapi senang sih liat mereka sakseis dan makin hits. Secara yang satu MT salah satu perusahaan pembiayaan terkemuka plus wirausahawan, yang satu lagi super sibuk jadi humas di lembaga anti korupsi kita. *duh bangga banget yaa temen gw keren keren, Hahaha

Cerita banyak soal hidup yang dijalani sekarang, dari mulai konflik kehidupan sampe tetep yaa, gosip! Hahaha.

Ada cerita pribadi yang saya simpan lama dan baru saya cerita sekarang, akhirnya pada tahu yee kenapa alesan gw dulu berubah di akhir2 jaman mau lulus lulusan. Oh drama banget hidup gw! hahhahaa

Anyway, kayaknya emang gak pernah cukup waktu sama manusia manusia ini. Seketika kangen banget sama suasana jaman kuliah dulu, dimana beban idup cuman tugas kuliah. Hahaha






Rabu, 05 Agustus 2015

Demam Go-jek

Jadi ceritanya kemarin, saya harus ikutan meeting ke daerah Kuningan sana, posisi saya dari Kebon Jeruk. Karena masih punya anak bayik yang pengennya gak kelamaan ditinggal, jadinya memutuskan untuk pesen gojek aja. Selain bisa lebih cepet nyampe karena bisa selip selip di jalanan Jakarta yang super ini, promo 10 ribunya masih ada. HOREEE!

Tapi harapan tinggal harapan, pergi akhirnya pakek ojek yang mangkal dengan harga nembak dan gatau jalan. BHAYY! 

*ceritanya akhirnya sampe Bakrie Tower dan meeting*

Pulangnyaaa, pengen coba lagi ah pesen gojek karena pas liat di GPS driver near me nya banyak nih yang kedetect. Ealaaahh kayaknya yang banyak itu pesenan orang kali yaa karena udah sejam nunggu gak juga dapet, akhirnya kembali pake ojek yang mangkal karena kalo naik taksi dari kuningan - kebon jeruk di after office hour? DIE. Hahahaha

Tapi, menariknya ojek yang pulangnya ini rapi, sopan, jadi saya gak segan ngajak ngobrol, soalnya emang penasaran sih pendapat ojek yang mangkal tentang gojek. Kurang lebih begini obrolannya :

Saya (S) : Bapak gak tertarik ikutan gojek pak? Kan kayaknya udah banyak yang masuk gojek
Bapak Ojek (BO) : Tertarik mbak, tapi KK saya masih KK daerah, saya lagi buat KK Jakarta sih cuman belum selesai, kalau sudah selesai rencananya mau coba daftar ke gojek juga"

S : Iya pak, habisan saya sering denger katanya menjanjikan gitu masuk gojek
BO : Betul mbak, menjanjikan. Kawan saya yang biasanya mangkal sudah 3 orang gak mangkal lagi, keliling terus narik gojek. Apalagi kalau fisiknya kuat, temen saya ada yang baru dua hari saldonya udah 1,2 juta
S (dalem hati) : Bujug 1,2 juta dua hari? Sehari 600rb? Kalo performanya konstan begitu sebulan doi bisa dapet 18 juta? *menatap nanar slip gaji sendiri*
S (udah ga dalem hati) : Wah gede banget Pak.
BO : Iya mbak, kalau fisik kuat sih kemana mana dikejar. Kalau saya udah ga kuat paling malam juga jam 9 sudah pulang.

S : Trus temen temen bapak yang mangkal pada suka marah gak sama gojek?
BO : Yaaa kalau yang lain saya gatau yaa, mungkin ada yang suka marah karena udah mangkal lama lama eh dateng penumpang yang bawa gojek. Ah tapi kalau saya sih namanya rezeki udah ada yang atur.
S : Iyalah yaa Pak, rezeki mah udah ada yang atur. *sok bijak*

BO : Tapi emang banyak loh mbak sekarang ini gojek, lebih enak juga karena kalau mangkal gini saya paling ikutin hari kerja, sabtu minggu mah sepi banget jadi gak narik. Kalau gojek kan kapan aja yaa, makanya saya pengen masuk, biar seeenggaknya bisa lebih baik pendapatannya.

Yaa seterusnya mengalir aja sih obrolan saya dari mulai cerita mudik si bapak yang gak mudik karena baru punya cucu pertama, sampe tentang komentarin gojek yang kita temuin sepanjang jalan pulang.

Intinya, perjalanan pulang kemarin sama bapak ojek, bikin saya pengen nulis ini, karena beberapa waktu lalu saya pernah baca blog orang yang katanya gojek itu menghapus seni naik ojek yang bisa tawar menawar dan berlangganan. *Etapi gatau pengalaman saya doang atau yang lain juga ngerasain kalau sekarang ojek biasa luar biasa sombongnya, saya selalu ketemu sama ojek yang "nembak harga mahal tapi songong, kalau gamau yaudah" yaelaaahh, sama sama butuh gausah gitu juga keless. zzzz

Buat saya, setelah ngobrol sama bapak ojek kemarin, rasanya kok jadi seneng ada gojek, karena yaa itu penghasilan mereka bisa meningkat tiap bulannya. Dan dengan dilindungi perusahaan, kedua belah pihak baik ojek maupun penumpang sebenernya sama sama saling menguntungkan.

Cheers!

Rabu, 27 Mei 2015

Tahun kedua!

Happy 2nd anniversary for us!

Yeay! Alhamdulillah sukses melalui tahun kedua pernikahan :)

Sudah 2 tahun, sudah dianugerahi jagoan kecil yang luar biasa menggembirakan rumah tangga kita, semua hampir sempurna walaupun tentu saja gak pernah ada kehidupan yang sesempurna itu, tapi sejauh perjalanan ini, rasanya dilancarkan.

Pagi tanggal 25 mei, dua tahun lalu, kita berjanji dihadapan Allah dan keluarga serta kerabat untuk saling menjaga dan mencintai. Kemarin, 25 mei, 2 tahun kemudian, kamu katakan doa baik untuk kita sebelum berangkat kerja, harapan semoga kita selalu bahagia, dan bersyukur atas segala hal yang sudah ada serta saling menguatkan pada setiap keadaan yang datang gak menguntungkan.


Semoga akan selalu ada tanggal 25 mei lainnya sampai kita menua dan menutup mata. 
Semoga hanya maut yang memisahkan kita. 
Semoga kita bisa selalu saling mengisi, melengkapi dan menerima kekurangan serta kelebihan kita.
Semoga kita bisa selalu jadi partner yang hebat untuk membesarkan Rasyid dan memberikan semua yang terbaik buatnya,
Semoga kita bisa menjadikan rumah tangga kita, berkah bagi banyak orang.
Semoga kita selalu bahagia.
Semoga kita selalu bersama gak hanya di dunia, semoga sampai di Jannah. AMIN :)

Anak kedua? #eh ;)

I love you, poi :*

Selasa, 12 Mei 2015

Mendadak Piknik!

Berawal dari pulang mudik pas long weekend libur MayDay lalu, si suami dengan randomnya minta pergi ke Cibodas. Katanya, dia pengen hirup udara seger dan liat yang ijo - ijo. Kalau sengajain dari Jakarta mah macet melulu, mumpung udah di Cianjur, deket dan gampang yawis cuss yuk ~~~

Si bayi pas sampe tidur nyenyak banget sampe sejam lebih. Trus pas bangun, diajak main air super dingin eh doi gak mau diangkat. Alhamdulillah semua senang. Quality timenya dapet juga sama mama teteh, cuma kurang papa aja yang kecapean jadi mau di rumah aja.










Kamis, 16 April 2015

Apa susahnya nikah?

Beberapa waktu lalu sempet ngobrol sama suami soal nikah. Awalnya karena adik ipar saya memang belum menikah dan suami agak "kurang cocok" sama pacarnya. Obrolan soal pernikahan pun jadi diskusi kami malam itu.

Apa susahnya nikah? Susah! Tapi bisa dihadapi kalau kita pegang komitmen kita dari awal menikah untuk apa dan sampai kapan. Lalu, kalau menurut kami yang baru menikah seumur jagung ini apa sih yang harus jadi pertimbangan saat memutuskan untuk menikah, tapi tentu diluar rencana pesta pernikahan yaa, ini cuma hal - hal pengalaman kami aja. Hehehe

1. Jujur soal penghasilan
Dulu, sebelum ijab qabul, saya dan suami sudah tahu gaji kami masing - masing, dan kalau lagi banyak waktu ngobrol, suka sesekali membahas gimana ngatur keuangan setelah menikah nanti. Ngobrol soal duit memang sensitif kalau masih pacaran, tapi kalau sudah pasti akan menikah, justru penting banget! Saya sudah sering dapat cerita, pernikahan yang selesai karena materi. Setelah menikah, pengaturan keuangan berjalan fleksibel, gak kaku. Tapi yang paling penting harus bisa nabung tiap bulannya. Sedikit sedikit toh lama lama bisa jadi bukit. Saya dan suami gak ngerti investasi. Jadi, kami masih pake cara konvensional kalo buat nyimpen uang. Di bank aja tabungin! Hahaha. Apa untungnya nabung, toh kan tetep gajian? Tiap bulan adalah penghasilan. Eits, jangan terlena gaess. Inget, setelah menikah, banyak hal yang harus dipikirkan. Walo sudah menikah, kita tetep pengen bisa bantuin orang tua masing - masing kan? Pengen juga dong punya rumah sendiri, gak numpang terus di rumah mertua atau ngontrak sampe tua? Trus kita pasti pengen punya keturunan kan? Biaya check up ke dokter spesialis kandungan, kemungkinan terburuk soal melahirkan, tentu harus diperhitungkan. Kalo gak punya dana darurat buat hal - hal gak terduga gimana? Kelimpungan kita gaess ~~~

2. Cinta sama suami doang gak sama keluarganya? KELAR!
Banyak kan artikel pernikahan selalu bahas,menikah itu bukan hanya menikah sama pasangan kamu tapi juga sama keluarga besarnya. BENER BANGET! Terlebih kalau untuk sementara kamu harus tinggal bareng dulu sebelum punya rumah sendiri, sayang juga sama keluarganya jadi hal mutlak! Hahaha. Kalau kita memendam perasaan gak suka sama salah satu anggota keluarga terutama keluarga inti, yang ada bakal emosi terus bawaannya. Trus uring - uringan sama pasangan dan amit amit bisa kelarrr  karena gak tahan.

3. Paham dan terima perbedaan latar belakang budaya
Nah, point yang ini masih nyambung sama yang nomor dua tadi. Kenapa latar belakang budaya harus jadi pertimbangan? Ini sih saya ngalamin banget fase - fase beradaptasi sama keluarga pasangan yang betawi tulen, dan sayanya yang sunda pisan. Susah banget memaklumi dan gak sakit hati kalau denger kata - kata keras dan ceplas ceplos (padahal di Betawi rata rata pada ngomongnya emang begitu) dimana seumur hidup saya tinggal di tanah Sunda yang ngomongnya alus alus itu PR banget loh! Belum lagi, banyak banget adat yang kalo keluarga saya mah cuek banget mau dipake atau enggak.Contohnya, kalau di Betawi, adatnya kalau misalkan keluarga suami main ke rumah, nanti harus dibales nih jadi saling mengunjungi gitu. Apalagi kalau lebaran, harus tuh yang udah dateng ke rumah itu dibalesin satu satu datengin balik. Maakk, capek maakk. Hahaha. Sedangkan dikeluarga aku biasanya cuma ngumpul di rumah yang dituakan di keluarga, ngumpul seharian disana, dan selesai! Yaa kayak gitu gitu deh. Pokoknya, serius deh, kalo beda budaya itu kita harus punya sabar yang rada ekstra buat maklum dan mau belajar beradaptasi. (Iyaa saya juga lg latihan sabar terus. Hahaha)

4. Saling tahu prinsip masing - masing
Kadang, kita dibesarkan dengan banyak nilai dari orang tua dan terus nempel sampai kita dewasa. Nilai - nilai ini tentu ada yang berbeda dari masing - masing orang tua. Begitu juga kita dan pasangan kita. Saat nikah, harus tuh diobrolin apa aja prinsip yang harus dan gak boleh dilakuin sama suami atau istri. Misalnya kalau saya dan suami, sepakat soal saya sebagai istri masih boleh bekerja (karena saya selalu ditanamkan oleh orang tua saya untuk bisa mandiri, suatu saat terjadi sesuatu sama suami atau sama pernikahan saya, saya masih bisa survive dan mandiri tanpa bergantung segalanya sama suami), tapi ada juga pasangan lain yang saya tahu, melarang istrinya bekerja. Dan banyak kasus lainnyalah.

Yaaa jadi begitu deh, bed time story saya dan suami beberapa waktu lalu dan kayaknya mesti saya tulis di blog siapa tahu bisa jadi bahan pertimbangan siapa aja yang akan menikah.

Apa susahnya nikah? Susah! Tapi bisa dihadapi kalau kita pegang komitmen kita dari awal menikah untuk apa dan sampai kapan.






Kamis, 09 April 2015

Kangen Jatinangor

Jadi, tadi malem gatau kenapa tetiba kangen jatinangor. Awalnya gegara tadi malem lagi antri beli macaroni pedes (diarea kampus binus), padahal sih sebenernya tiap hari juga lewatin area binus secara rumah mertua yaa di belakang kampus ini. Tapi, gatau kenapa kok tadi malem pas liat wara wiri mahasiswa jalan sama temen - temen kampusnya, ngobrol dan nongkrong sekitaran kampus sampe malem. Ahhh, tetiba jadi nostalgia jaman kuliah dulu.

Saya kuliah 2 kali, D3 selama 3 tahun di Jatinangor dan meneruskan 2 tahun lagi S1 di Dago Pojok. Tapi tetep entah deh yaa, yang paling berkesan dan gabisa dilupain yaa semua cerita dari Jatinangor. Padahal kalo diliat dari lokasi, harusnya lebih seru di Dago Pojok, karena deket ke kota. Hahaha

Jatinangor itu yaaa, uhm, apa yaa kata yang paling pas menggambarkan kalau tempat ini sudah membawa sebagian hati saya dan akan selalu tersimpan disana. Kenapa sih kok kayaknya dalem banget ikatan bathin sama Jatinangor? Iyaa banget! Campur aduk cerita pernah terjadi disana. Serius deh, saya jamin mahasiswa jatinangor di era 2000an sebelum taun 2010 yaa pas pembangunan udah menggerus Jatinangor yang dulu ;)

1. Pertemanan
Di Jatinangor ini kemana - mana pasti ketemu mahasiswa rantau juga. Suasananya jadi yaa kayak kampung mahasiswa aja. Saya banyak banget dapet temen seru yang bahkan sampai saat ini sudah 10 tahun masih temenan bahkan sahabatan. Pernah satu kost sama temen - temen satu inner circle, begadang tiap malem cuma buat main UNO, monopoli atau cuman nonton film yang berakhir makan tengah malem. Kuliah tiap hari juga gak selalu langsung pulang, nongkrong nongkrong cantik ala ala dulu sama temen - temen, ngobrol sana ngobrol sini sambil cari cari mangsa siapa tahu dapet pacar #eh . Hahahaha. Punya inner circle 2. Temen sekelas namanya Grawphiwii isinya cewek semua dan temen sekampus fikom namanya hura hura galau. Ahh rindu sekali saya sama masa - masa ini *nulis sambil senyam senyum inget cerita jaman dulu*

2. Percintaan
Gak afdol lah kalau cerita Jatinangor tanpa cerita percintaan. Banyaaakkk sekali teman yang bahkan sampai menikah dan punya anak dengan berawal dari cinta lokasi di Jatinangor. Hihi. Saya sendiri pernah beberapa kali punya cerita pacaran disana. Dari yang bahagia, sampe yang nyebelin dan bikin sakit hati. Dari yang paling lama sampe paling sebentar. Ah, juaraa sekaliiii iniiiii cerita cinta disanaa *gemes sendiri nulisnya* *lalu inget suami sama anak* hahaha. Pokoknya buat semua cerita tentang hati, pasti ada ruang tersendiri yang gak akan dilupa. Halooo mantan pacar, mantan gebetan, mantan yang disuka tapi ga dapet. Hahahaha apakabar? ;))))

3. Makan
Urusan makan itu urusan paling gampang sedunia deh di Jatinangor! Laper tengah malem atau pagi buta? Tinggal SMS, langsung dikirimin, pake bonus bisa kasbon dulu pulak kalo udah kenal. Hahaha. Belum lagi segala makan makanan enak harganya muraaaahhh sekali. Saya inget banget dulu makan paling mahal itu makan soto A3 yang harganya 13 ribu. Yang lainnya dibawah itu semua harganya. Ayam kalasan komplit aja cuma 7rb. Ada juga paket paparonz pizza di Jatos, tiap jam 12 - 3 siang ada paket 15 ribu udah dapet 1 pan kecil pizza sama segelas es lemon tea! Aakkkk, mau ke nangor sekarang juga pllisss! Hahaha

4. Semua serba murah
Kapan lagi deh nonton cuma 10 ribu doang? Iyaaa bisa banget deh di Jatos. Saya sama temen saya dulu bahkan bisa marathon nonton kalo lagi iseng. Billiard juga murah. Emang sih dulu belum selengkap sekarang fasilitas hiburannya, tapi gatau kenapa rasanya cukup aja. Apalagi kalau dulu jaman - jamannya sering ada acara musik di kampus. Jadi, kayaknya ga ada sarana hiburan super lengkap macam di Bandung atau Jakarta pun gak masalah.

5. Cerita horor
Eitts, jangan salaahh. Jatinangor ini juga kasih saya cerita cerita mistis. Dari kost - kostan yang tiap tahun pindah dan semuanya pasti ada penunggunya. Kosan pertama, pas mama dateng, langsung deh "kenalan" sama gadis seumuran saya kata mama, eehh pas mama pulang ke rumah katanya ngikutin (iyaa, mama saya punya six sense). Kosan kedua gak kalah horor, pernah berbulan bulan tidur sama Dini & Egha barengan gegara pernah ada yang kesurupan dan minta dicariin jasadnya di area kosan itu (Ealaahh...) dan yang ketiga sih yang paling aman. Ada sih penunggunya tapi gak jail sama saya, mungkin sama yang lain sih jail. Hihihi.  Pernah juga dulu tengah malam abis acara musik di kampus fikom pas lewatin lapangan tengah unpad tuh yang gede banget yang depan fisip jelas banget kedengeran suara gamelan jawa ( Bhaaayy ~~~) . Ada lagi pas pulang makan malem di Pajawan jam 1 pagi, salah satu temen bisa ngeliat, ngeliat banyak banget kayak kurcaci tua di bangunan yang sekarang jadi kos - kosan di seberang gerbang unpad. Hahahaha

Ahhh, pokoknya gak akan ada habisnya kayaknya cerita soal Jatinangor. Pokoknya soon banget pengen ajak swami sama Rasyid kesana. Pengen napak tilassss dan makan makanan favorite jaman dulu. ;)

Ini sisa sisa foto di Jatinangor, nyomot dari FBnya Dini :D Hahaha












Senin, 06 April 2015

Ngasuh krucils!

Permisi numpang pose di lapak karpet IKEA. hahahha

Kaka Radella (4,5 tahun) --Ade Elvina (7 bulan) -- Abang Rasyid (8 bulan)

Me with The Lady :*


Selasa, 17 Maret 2015

Bandung, 14 Maret 2015

Pertama kali Rasyid ke Bandung, pulang pergi balik hari, lumayan capek ya! x))

Cihampelas

Dusun Bambu

Floating Market



Sudah 27. Alhamdulillah.

Postingan telat beberapa hari nih :D

Jadi, tanggal 12 Maret kemarin, saya genap 27 tahun. Alhamdulillah masih dikasih kesempatan merasakan nikmat hidup sampai usia ini. Banyak sekali doa baik dari keluarga, sahabat, teman dan saudara yang senantiasa saya amini satu satu. 

Jadi, apa yang disyukuri di pertambahan usia ini? 
Banyak sekali, salah satunya tentu mensyukurinya dengan keluarga kecil saya, bersama suami dan anak yang dititipkan Allah diusia perkawinan yang bahkan belum genap dua tahun. Berkah kesehatan yang luar biasa disyukuri karena beneran deh, sakit itu mahal banget dan super gak enak. Berkah rezeki yang halal yang kami terima, baik lewat suami atau saya sendiri, sebagai bekal membesarkan kesayangan kami. Berkah bahagia yang rasanya gak pernah berhenti.

Trus apa dong yang kurang di hari ulang tahunnya? 
Orang tua kandung saya. Ah rasanya selalu melankolis alias melow mendayu dayu kalau bahas mama sama papa dan keluarga saya. Setelah menikah, dibawa suami tinggal di rumah mertua dan cuma pulang ke rumah mama sebulan sekali dan cuma sehari itu sedih sih tapi ga punya pilihan lain, tanggung jawab sama suami dan anak tentu harus jadi prioritas sekarang. Tapi, doa mamapapa itu beneran bikin mewek deh, pagi pagi bbm dengan doa yang mak jleb ke hati, doa mama semoga saya bisa menjadi istri dan ibu yang tegar setegar karang, dan lembut selembut sutra. Amin yaa mah :')

Apa yang belum dicapai dan harapan di usia baru ini?
Banyak! Salah satu yang paling kepengen sih tentu punya rumah sendiri, duh yang ini mah aminin banget deh tercapainya. Semoga ada rezekinya dalam waktu dekat. Hehehe
Trus pengen perbaikin ibadah yang masih jelek banget kualitasnya, pengen jadi contoh yang baik buat anak jadi dia bisa berkembang dan bertumbuh dengan baik dan soleh (cageur, bageur, pinter yaa nak). Dan tentu doa semoga pernikahan saya bahagia selamanya. Amin :)

ps : Sejarah banget tahun ini suami kasih kue, dimana sudah 4 kali barengan lewatin ulang tahun (2 tahun jaman pacaran) dia ga pernah kasih kue, haha nasip punya suami ga romantis & cuek banget :| 




Selasa, 24 Februari 2015

Jadi freelancer

Perdebatan soal ibu bekerja atau ibu rumah tangga masih banget yaa heboh dibahas. Sama seperti issue susu formula vs ASI. Gak akan ada habisnya. Dan gak akan ada solusinya juga.

Sering kan kita denger gimana banyak banget tulisan yang relatif mendiskreditkan ibu pekerja, yang tega lah ninggalin anaknya sama pembantu dan sentimen - sentimen negatif lainnya. Alhamdulillah saya pernah jadi ibu pekerja dan juga jadi ibu rumah tangga. Saya sangat menghormati keduanya, toh mau jadi ibu pekerja atau ibu rumah tangga sama sama jadi ibu buat anaknya kan? Dan yang namanya ibu pasti pengen yang terbaik buat anak - anaknya, walaupun kadang dengan caranya masing masing, karena terkadang masih saja banyak orang yang rajin "mengomentari" cara mengasuh, mendidik dan membesarkan anaknya. Padahal mereka lupa, tidak ada orang tua yang mau memberikan hal hal jelek untuk anaknya. Serius deh, penjahat juga gak mau anaknya jadi penjahat. Dan percaya deh, menjadi orang tua pasti adakalanya lelah, jadi perjalanan ini gak mudah tapi berharga sekali untuk dijalani.

Dulu saya merasa sebagai ibu pekerja itu lebih kepada untuk menyokong perekonomian keluarga dan emang pada dasarnya dari dulu selalu pengen punya penghasilan sendiri, tapi seiring berjalannya waktu, saya sadar bahwa bekerja di luar bukan hanya tentang materi tapi tentang eksistensi diri, bahwa saya butuh tempat untuk aktualisasi diri, bahwa saya berdaya, otak saya terus muter tiap hari, ada tekanan yang kadang menyenangkan dan kadang memusingkan. Tapi, intinya adalah dengan bekerja saya merasa ada. 

Tapi, menjadi seorang ibu rumah tangga pun tak kalah bahagianya. Setiap hari rutinitas yang hampir selalu sama rasanya terbayar dengan waktu yang selalu ada melihat sekecil apapun perkembangan anak. Saya selalu bisa peluk cium dan melakukan hal menyenangkan kapan saja dengan anak saya. Dan yang lebih penting, saya tidak perlu merepotkan orang lain mengurus anak saya dan saya pun tidak perlu was was menitipkannya ke orang lain.

Setelah menjalani dua profesi ibu ini, akhirnya saya lebih nyaman menjadi freelancer. Tetap bisa menyalurkan produktivitas dengan bonus penghasilan tambahan, tapi di sisi lain, saya masih bisa menjaga anak saya. Alhamdulillah sejauh sebulan ini jadi freelancer sih masih aman - aman saja. Selalu ada waktu luang untuk duduk di depan laptop rutin pagi siang malam di sela tidurnya anak atau kalau nenek atau bude-nya bawa untuk main, hehe

Salam seperjuangan untuk semua ibu - ibu pekerja dan ibu rumah tangga. We are OK! :)


Selasa, 17 Februari 2015

Edisi Galau Pengen Punya Rumah

Tahun ini 2 tahun pernikahan, sudah ada boss kecil yang jadi hadiah paling berharga untuk keluarga kecil saya. Masih tinggal bareng ibu mertua, karena suami saya anak laki - laki satu satunya dan (secara moral dituntut) untuk bertanggung jawab atas keluarganya, akhirnya saya pun ikut saja tinggal bersama. 
Tapi, sudah masuk tahun kedua, hastrat ingin punya rumah sendiri kok menggebu sekali. Alasannya? Karena pengen dandanin rumah sendiri sesuai yang saya mau, hehe. Lagian, katanya kan walopun kecil asal rumah sendiri pasti lebih nikmat. Ahh kepengen! *Ya Allah minta rezeki yang banyaakk doongg* :D

Tapi ya ya yaaa, cobaan banget nyari nyari rumah yang bisa KPR dan harganya masih masuk akal buat suami pekerja tapi istri freelancer macam saya. Tiap hari di sela kerja, selalu ada tab untuk search rumah ber KPR dan lain lain dan lain lain. hahaha. Ada sih pilihan perumahan model cluster baru dan kasih KPR, DPnya juga masih bisa kejangkau, cumanan yaa MasyaAllaahh jauhnya. Di cibubur (Gimana pulang pergi kerja kalau liat tolnya aja tiap hari macetnya gak keru keruan), di Bekasi (Yakali di peta itu areanya Tambun, udah lain planet, daerahnya paling jauh pulak), dan ada lagi di Cileungsi (Ahlamaaakk, kudu berapa jam sampe kantornya).

Iyaa iyaa cerewet dan ribet banget kan saya. Pengen yang harganya bersahabat tapi deket. Ya ga adalaahhh pipitttt! Oke skip! 

Coba buat siapa aja yang punya info rumah ber-KPR dengan DP yang bersahabat dan masih lumayan dekat. Plis plis plis kasih tahu plis!

Akhirnya ke IKEA

Yah namanya juga mamah mamah muda masa kini, liat atau denger sesuatu yang lagi happening apalagi soal printilan rumah (walopun belum punya rumah sendiri, masih nebeng rumah mertua. zzzzz) atau produk bayi langsung hiperaktif minta minta suami buat nemenin pergi. Sebenernya euforia IKEA ini udah lama banget, cuma yaaa gak pernah punya waktu buat sengajain kesana. Tapi berbekal kepingin yang udah lama ga kecapai dan emang lagi seneng nyicil perabot (walopun mampunya baru beli di informa doang, hahahaha), akhirnya minggu kemaren, berangkats deh yuk ah ke IKEA x))))
Cuma butuh less than 30 minute dari rumah sih ke IKEA, tinggal masuk tol kebon jeruk dan keluar tol alam sutra. Voila! Sudah sampai ;)

Masuk kesana, udah amazed aja gede yaa sis tempatnya dan senyam senyum soalnya free parking. hahahaha. Pertamanya bingung deh mau kemana dulu, tapi berhubung bawa boss kecil, tujuan pertamanya adalah nursery room, buat kasih ASI dulu biar dia anteng diajak keliling - keliling. Anyway, nursery roomnya bersih dan semua perabotan disana ada price tag nya, jadi kalau ibu ibu pengen punya nursery room dengan perabotan ala ala itu bisa kalkulasiin langsung deh budget yang harus dikeluarinnya berapa. Habis boss kecil kenyang, sebelum keliling, tetep penasaran sama ice cream IKEA nan tersohor, kita antri dulu deh beli ice cream. Enyak dan cuma 4000 saja!

Saatnya muter muter!
Bahagia banget yaaa liat furniture lengkap dan lucu - lucu. Tapi sedih bener kalo budget yang ada di dompet pas pasan. Hahahaha *nasip! Buat yang gak mau ribet, disana disediakan display beberapa ruangan dengan design dan furniture lengkap dan sudah ada harga totalnya. Jadi, tinggal pilih pengen design ruangan yang seperti contoh mana, harganya sudah all in. Simple! Saya sih suka pilihan pilihan tempat tidur anak. Pengen nanti kalau boss kecil sudah besar dan bisa punya kamar sendiri bikin area kamar yang hemat ruang dengan pake tempat tidur yang bawahnya bisa jadi meja belajarnya. *Mudah mudahan momoi sama popoi dapat rezeki yaaa kalau sudah besar bisa bikinin kamar super nyaman buat kamu nak!*

Sehabis liat - liat bentuk jadi furniture - furnitur itu, pas mau keluar dan menuju cashier, serius deh itu gudang untuk ambil onderdil furniturnya gede parah. hahahaha. Ini sih kayaknya semua yang kamu butuhkan ada. Tapi hati - hati juga karena tempat ini super bisa banget bikin kamu jadi impulsif, tapi saya sih enggak. Soalnya perginya ajak suami yang bisa banget itung itungan dan ingetin jumlah tabungan yang gak nambah nambah, hahahhaa. Jadilah pulang cuma bawa boneka brokoli sama selimut buat boss kecil. 

Yaa begini deh tour de IKEA keluarga saya weekend lalu.

Nursery Room!

Boss kecil sama boss besar anteng - anteng aja dibawa puter puter. Momoi bahagia! :D

Namanya juga keluarga masa kini, liat kaca dikit langsung nebeng selfie. ki - ka *selfie di nursery room sambil gigit es krim dan selfie di area peralatan kamar mandi*


Boss kecil girang banyak mainan! hahahaa

Gede aja yaa gudangnya :|


Senin, 16 Februari 2015

From weekend with love!

2 Minggu lalu, suami mutusin untuk ambil cuti dan pulang ke rumah saya di Cianjur lebih awal, biasanya kita pulang cuma sehari, sabtu pagi dari Jakarta dan minggu udah balik lagi. Nah, berhubung ada event mama saya ulang tahun 6 Februari kemaren, jadi deh yuk ah sekalian kasih surprise buat mama ada anak cucu mantu lengkap pas beliau ulang tahun, kita pulang deh hari Kamisnya.
Berangkat jam 10 pagi, PD banget sih karena weekday pasti Puncak dan sekitarnya gak akan macet. Eh eh eh salah, jangan sedih yaaa, macetnya sama aja kayak weekend, gataulah yaa dimana dan gimana bisa macet terus itu jalur Puncak. Jadi, karena udah masuk jam makan siang, dan masih di daerah megamendung, jadilah melipir dulu ke Cimory Riverside. Biasanya kita kalo melipir ke yang mountain view, cuma karena udah lama gak kesini yawis kesini aja deh, pengen liat juga udah berubah belum. Hehehe

Masuk Cimory, udah kental aksen imlek dan perayaan ulang tahun Cimory yang ke 11 (eh atau 9 yaa? Ah lupa), pokoknya hiasannya udah lumayan rame lah ya. Karena laper jadi langsung pesen makan dulu baru deh liat liat nanti sekalian numpang shalat dzuhur. Nah, kalau liat sekarang lebih seru sih, teman main anak anaknya lebih lebar dan lebih banyak. Cemilannya lebih variatif dan taman tepi sungainya makin bersih dan ijo *sukaaa*. Buat saya sama suami sih lebih suka Cimory Riverside ini ketimbang Nicole's Kitchen yang di Cipanas dan lagi happening itu. Di Nicole's cuma space itu aja, ga ada taman bermain atau fasilitas lain yang mumpuni karena emang ga besar areanya, beda sama Cimory yang emang lega yaa. Oh iya satu lagi yang paling penting, HARGA! Di Cimory jauh lebih temenan sama dompet daripada Nicoles! Hahaha (Fix, saya udah jadi emak emak) x))


Sehabis kenyang makan, lanjut pulang, sampe rumah jam 3 sore dan mama masih di kampusnya. Jadi istirahat dulu deh sambil nunggu mama pulang. 

Besoknya, ulang tahun mama, pagi - pagi langsung nanyi selamat ulang tahun dan tiup lilin. Kuenya beli kemaren di jalan sekalian pulang. Hehe. Alhamdulillah mama seneng, semoga tahun ini semua kesuksesan, kebahagiaan dan yang paling penting kesehatan selalu berada didekat mama. Amiiinnn :)

Oiya, teteh saya juga kebetulan ulang tahun, seminggu sebelum mama, jadi ulang taun dan kuenya dibarengin aja yaa sis, hahahaha
Nah, sehubungan dengan ulang tahun mama, akhirnya tercetuslah ide untuk ngerayain rame rame sama keluarga besar mama. Jadi deh, Sabtu besoknya kita langsung ke The Jungle buat kumpul keluarga sekalian rayain ulang tahun mama :D

Alhamdulillah weekend kemarin happy sekali karena bisa dihabiskan dengan keluarga. Lengkap! :)